a. Proses Asimilasi
Proses asimilasi dalam BBM ini terbatas pada asimilasi fonetis saja, yaitu pengaruh-mempengaruhi bunyi tanpa mengubah identitas fonem. Menurut arahnya dibedakan asimilasi progresif daripada asimilasi regresif.
(1) Asimilasi Progresif
terjadi apabila arah pengaruh bunyi itu ke depan. Misalnya, dalam bahasa Indonesia perubahan bunyi [t] yang biasanya diucapkan apiko-dental seperti pada kata tetapi, namun dalam kata stasiun diucapkan secara lamino-alveolar [t].
(2) Asimilasi Regresif
terjadi apabila arah pengaruh bunyi itu ke belakang. Misalnya perubahan bunyi [n] yang diucapkan secara apiko-alveolar seperti pada kata aman, tetapi dalam kata pandan nasal sebelum [d] diucapkan secara apikopalatal [n].
b. Artikulasi Penyerta
- Bunyi yang secara primer sama bisa diucapkan berbeda karena adanya bunyi lain yang mengikutinya. Perbedaan ucapan suatu bunyi dengan ucapan yang berlainan disebabkan oleh artikulasi penyerta, ko-artikulasi sekunder bunyi yang mengikutinya (Bloch & Trager, 1942:29). Misalnya, bunyi [k] dalam kata kucing dengan bunyi [k] dalam kata kijang berbeda.
- Proses pengaruh bunyi yang disebabkan oleh artikulasi penyerta dapat dibedakan atas: labialisasi, retrospeksi, palatalisasi, velarisasi, dan glotalisasi (Marsono, 1989:109).
(1) Labialisasi
adalah pembulatan bibir pada artikulasi primer sehingga terdengar bunyi semi vokal [w] pada bunyi utama tersebut. Misalnya, bunyi [t] pada kata tujuan terdengar sebagai bunyi [tW] atau [t dilabialisasi].
(2) Retrofleksi
penarikan ujung lidah ke belakang pada artikulasi primer, sehingga terdengar [r] pada bunyi utamanya.. Misalnya, [kr] atau [k] diretrofleksi seperti kata kerdus.
(3) Palatalisasi
pengangkatan daun lidah ke arah langit-langit keras pada artikulasi primer. Misalnya, bunyi bunyi [p] dalam kata piara terdengar sebagai [py] atau [p] dipalatalisasi (Marsono, 1989:109).
(4) Velarisasi
pengangkatan pangkal lidah ke arah langit-langit lunak pada artikulasi primer. Misalnya, bunyi [m] dalam kata mahluk terdengar sebagai [mx] atau [m] divelarisasi.
(5) Glotalisasi
proses penyerta hambatan pada glottis atau glottis tertutup rapat sewaktu artikulasi primer diucapkan. Vokal pada awal kata dalam bahasa Indonesia sering diglotalisasikan. Misalnya bunyi [o] dalam obat terdengar sebagai [?o] [?obat] atau [o] diglotalisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar